Derita itu datang di
tengah kebahagiaan Johny Timbul Panggabean. Ketika itu akhir pekan pada Januari
2005, ia dan kelima anak beserta ketiga cucu tengah berkumpul di Cimacan,
Kabupaten Bogor, yang sejuk.
Ketika hendak tidur,
tiba-tiba ia sulit berbicara. Lidahnya kelu. Rahang bawah bergeser ke kiri
menyebabkan wajahnya tak lagi simetris.
Melihat gejala seperti
itu, sang istri beserta anaknya segera melarikan pria 61 tahun itu ke Rumah
Sakit St Carolus, Jakarta Pusat. Hasil pemeriksaan dokter, Johny divonis
terkena stroke. Itu lantaran tekanan darah pria kelahiran 1945 itu mencapai
230/120 mmHg. Padahal, menurut World Health Organization (WHO), tekanan
darah normal kurang dari 130/85 mmHg. Akibatnya, ia harus dirawat di rumah
sakit selama sepekan. Selain itu, ia juga rutin mengkonsumsi sebuah kapsul
penurun tekanan darah tinggi per hari. Seminggu kemudian kondisinya kembali
pulih.
Tiga bulan berselang,
lagi-lagi serangan stroke menghampiri Johny. Ketika itu, ia sedang di kamar
mandi. Tiba-tiba kedua kakinya kehilangan rasa sehingga tak bisa digerakkan.
Tubuh renta itu pun terjatuh. Sekuat tenaga ia berusaha berteriak. Namun,
lidahnya juga tiba-tiba terasa kelu, tak sanggup bersuara. Pria asal Sumatera
Utara itu kembali terkapar.
Melihat sang ayah yang
tak kunjung keluar, salah seorang anaknya berusaha mendobrak pintu kamar mandi.
Mereka mendapati sang ayah telah terkapar. Paham ayahnya terkena stroke, ia
langsung menusuk seluruh jari tangan dan bagian belakang telinga Johny dengan
jarum. “Tujuannya untuk mengurangi tekanan darah,” katanya. Namun, kala itu ia
tidak diboyong ke rumah sakit. “Saya tidak ada dana,” keluhnya. Pria kelahiran
8 Agustus 1945 itu hanya terbaring di tempat tidur. Tiga pekan beristirahat,
kondisinya kembali pulih.
Konsumsi
VCO
Baru sebulan pulih,
stroke kembali menyambangi Johny. Saat bangun tidur, lagi-lagi mulut menjadi
kelu. Serangan yang ketiga kalinya itu lantaran tergiur menyantap gulai kepala
ikan kakap kesukaannya. Beruntung obat pereda tekanan darah tinggi sisa
pengobatan sebelumnya masih tersisa. Ia pun kembali rutin menkonsumsi obat
penurun tekanan darah tinggi sebutir sehari. Dua hari kemudian, Johny kembali
berbicara. “Tapi bicara saya jadi lambat,” ujar lulusan Sekolah Tinggi Th
eologi Inalta, Jakarta, itu. Selain itu, rambut menjadi memutih dan rontok.
Lelah menderita stroke yang terus kambuh, Johny akhirnya mencari pengobatan
alternatif Menantunya, Tampubolon, yang mendengar keinginan Johny, memberikan
sebotolvirgin coconut oil (VCO) alias minyak kelapa murni berupa kapsul.
Sejak saat itu, ia rutin mengkonsumsi VCO 3 kali sehari masing-masing 3 kapsul.
Awalnya, Johny menyangsikan
khasiat minyak berkhasiat itu. Namun, setelah mendengar bahwa merek VCO yang
dikonsumsinya telah menembus pasar ekspor, keraguannya terkikis. “Kalau sampai
diekspor ke Jerman, berarti khasiatnya baik,” tuturnya. Seminggu berselang,
Johny mulai merasakan khasiatnya. “Tubuh saya terasa lebih fi t,” katanya.
Sayang, sebotol VCO itu hanya cukup dikonsumsi selama 2 pekan. “Karena harganya
lumayan mahal, saya terpaksa berhenti mengkonsumsi,” kata kakek 3 cucu itu.
Tiga bulan berhenti
mengkonsumsi VCO plus diimbangi gaya hidup kurang sehat, pada Maret 2006,
stroke kembali menghampiri Johny. Pukul 02.00 dinihari, saat sebagaian orang
merajut mimpi, suara ‘bruk’ menghenyakkan sang istri. Ia terkejut mendapati
suaminya jatuh terkapar dari pembaringan. Pria 61 tahun itu tak sadarkan diri
meski beberapa kali dibangunkan.
Istri dan kelima
anaknya berkumpul di kamar Johny. Kecemasan membayangi wajah mereka. Dua jam
berselang, Johny terbangun, tetapi lidahnya kelu. Sang istri langsung ingat
VCO. Oleh karena itu, ia bergegas menghubungi menantunya. Johny pun kembali
rutin mengkonsumsinya. Dua pekan kemudian, kondisi Johny mulai membaik. Saat
diperiksa pada pekan ketiga April 2006, tekanan darahnya mencapai 140/90, jauh
lebih rendah dibanding sebelumnya. Selain itu, rambut yang tadinya rontok,
perlahan mulai tumbuh. “Badan saya pun kembali segar,” katanya.
Dua
penyebab
Menurut Dr Ernawati
Sinaga MS Apt, direktur Pusat Penelitian Tumbuhan Obat Universitas Nasional,
Jakarta, stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di Amerika Serikat.
Stroke terjadi lantaran sel-sel otak mengalami kerusakan akibat tidak mendapat
pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup.
Ditinjau dari
penyebabnya, ada dua jenis stroke: ischemic
stroke dan haemorrhagic stroke. Ischemic stroke disebabkan
arteriosklerosis alias penyumbatan dinding pembuluh darah lantaran timbunan
lemak. Sedangkan haemorrhagic strokeakibat pecahnya pembuluh darah di otak
sehingga terjadi pendarahan.
Pecahnya pembuluh darah
ditengarai akibat tekanan darah terlalu tinggi. Hampir 70% penderita stroke
jenis itu disebabkan hipertensi. Menurut dr H Hardhi Pranata SpS MARS, dokter
pribadi presiden, sebagian stroke di Indonesia adalahhaemorrhagic. “Pembuluh
darah orang-orang Indonesia rapuh karena kebiasaan mengkonsumsi bahan pangan
gurih,” kata master Administrasi Rumahsakit alumnus Universitas Indonesia itu.
Namun, yang tidak menderita hipertensi pun bisa terserang hemorrhagic
stroke. Tekanan darah yang tiba-tiba melonjak karena makanan atau emosi bisa
memicu pembuluh darah pecah.
Menurut Hartono,
pengobat tradisional di kawasan niaga Roxy, Jakarta Pusat, VCO mampu mengatasi
stroke dengan mengurangi faktor risiko penyebab stroke yaitu arteriosklerosis
dan hipertensi. Minyak perasan Cocos nucifera itu mampu meningkatkan
kadar high density lipoprotein (HDL) yang berfungsi mengangkut lemak
dan kolesterol dari organ—termasuk pembuluh darah—ke hati untuk dicerna.
Keampuhan minyak
perawan mengatasi penyakit mencuri perhatian dr Satya Hanura SpS, dari Rumah
Sakit Jakarta. Ia mencoba memberikan tambahan VCO bagi pasien-pasien stroke.
Obat-obatan medis antistroke tetap diberikan. “VCO sifatnya komplementer,” ujar
dokter spesialis saraf alumnus Universitas Indonesia itu. Dalam 2—3 bulan
kadar low density lipoprotein (LDL) pasien turun signifi kan menjadi
rata-rata 110 mg/dl; sebelumnya 200 mg/dl. “Dengan penurunan kadar LDL darah,
sangat mengurangi kekambuhan stroke, ” katanya.
Menurut Hanura, VCO
sebagai sumber energi. Maklum, pasien stroke umumnya mengalami gangguan menelan
dan sulit makan akibat larangan konsumsi garam, makanan pedas, dan lemak.
“Nafsu makannya berkurang. VCO memberi kebutuhan energi tubuh,” katanya. Johny
Timbul Panggabean telah merasakan khasiat VCO. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan impian selalu bugar, ia pun rutin mengkonsumsinya. (Imam
Wiguna/ Peliput: Sardi Duryatmo) - Trubus 2006
0 komentar:
Posting Komentar