"Mengatasi Darah
Tinggi ..., Mengobati Darah Tinggi..."
Inilah kalimat yang
sering terlintas dalam benak Desi Baeddiana. Dia memang cukup gelisah dan
bahkan muncul rasa takut yang sangat.
Bahkan malam itu
benar-benar menjadi suatu malam yang sangat menakutkan bagi Desi Baeddiana.
Bukan karena derasnya hujan atau suara guntur yang menggelegar di kota Bogor.
Melainkan nasehat dokter kandungan, dr Namrah Sanin, di Klinik Satria, Bogor.
“Kalau tekanan darah Anda tetap tinggi seperti ini, 170/100, anak Anda bisa
mati keracunan. Kalau lahir mungkin akan cacat seumur hidup,” ujar Desi meniru
ucapan dokter itu. Air mata pun bercucuran sederas hujan malam itu.
Dengan langkah gontai
ia keluar dari kamar periksa. Mimik sedih bercampur ketakutan tampak jelas di
raut wajah. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau ia tidak mampu mencegah
darah tinggi saat usia kehamilan mendekati kelahiran. Risiko yang harus
ditanggung sungguh berat: janin mati dalam kandungan atau hidup cacat
selama-lamanya. Operasi caesar yang disarankan dokter menjadi momok saat
melahirkan nanti.
Sepanjang jalan pulang,
ia terus memikirkan nasib janin berusia 8 bulan yang dikandungnya. “Ini baru
pertama kali terjadi. Waktu hamil sebelumnya tidak pernah seperti ini. Tekanan
darah tetap normal 120/70,” tutur ibu 5 putra itu. Menurut Desi sejak usia
kandungan 1—7 bulan, ia tidak mengalami gangguan kesehatan. Ia rutin mengecek
kesehatan 2 minggu sekali. Gejala pusing, tengkuk tegang, dan pegal-pegal
pertanda darah tinggi pun tidak dialami. Diapun selalu berusaha untuk berpola
hidup sehat untuk mencegah timbulnya problem kesehatan seperti mencegah
hipertensi atau darah tinggi dan lain sebagainya.
Namun, saat usia
kandungan 8 bulan terjadi pembengkakan di kedua punggung kaki. Rasa nyeri itu
tidak hanya ia rasakan di kaki. Tegang di tengkuk dan pegal-pegal menjalar di
seluruh tubuh. “Seluruh persendian juga sakit. Badan cepat lelah,” katanya. Tak
hanya ganguan fisik, emosinya juga gampang meledak. Terkadang ia marah dan
ngomel kepada suami dan anak-anaknya tanpa sebab. Aktivitas mengajar di lembaga
pendidikan komputer berhenti total.
Desi menduga tensi
darah melonjak drastis dari 120/70 menjadi 170/100 karena pola makan yang tidak
terkontrol dan stres pada akhir akhir ini. “Saya sering menyantap menu daging
kambing dan berlemak lainnya. Terus, saya suka makanan yang asin,” ucap alumnus
Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Pondoklabu, Jakarta Selatan, itu.
Minum
Minyak VCO
Hingga suatu hari ia
menjenguk teman sejawat, Ati Suprobowati Suratman yang mengidap kista ovarium
stadium 4 di RS Salak, Bogor. Di sana, ia melihat sebotol VCO yang sering
diminum oleh Ati. “Ini bagus juga untuk mengobati darah tinggi. Coba aja,” kata
Dr Joko Sulistyo, APU, suami Ati. Menurut peneliti bagian enzimologi dan
bioteknologi, LIPI, Bogor, itu minyak perawan—nama lain VCO—mampu menurunkan
kadar kolesterol penyebab hipertensi.
Untuk mengatsi darah tinggi
yang diidapnya, Ia pun mengikuti saran Joko. Desi rutin mengkonsumsi VCO 2 kali
sehari, masing-masing 2 sendok makan sesudah sahur dan berbuka puasa. Ia juga
memperbanyak makan sayur-sayuran dan buah-buahan. Daging, makanan berlemak, dan
garam dikurangi sesuai petunjuk dokter. Setelah seminggu ia meminum larutan
minyak dara itu kesehatan mulai berangsur pulih. Bengkak di kaki perlahan
mengecil. Rasa tegang dan pegal-pegal berkurang. “Badan jadi fit. Tidak gampang
lelah. Tidur pun nyenyak,” ujarnya.
Dalam rangka
mempercepat usaha mengatasi darah tingginyanya, Setelah lebaran, ia
meningkatkan konsumsi VCO menjadi 3 kali sehari: pagi, siang, dan malam. Dua
minggu kemudian istri Hermanu Wijaya, MSc itu mengecek kondisi kandungan ke
bidan. Angka tensimeter menunjukkan 130/90. “Wah, ini sudah bagus, bu. Tekanan
darah sudah turun,” ucap Desi meniru ucapan bidan itu. Ucapan itu membuat
semangat hidup kelahiran Surabaya 1966 itu bersinar kembali. Pasalnya, ia bisa
melahirkan secara normal tanpa harus mengeluarkan biaya Rp3-juta—Rp4-juta untuk
operasi caesar.
Tepat 23 Desember 2004,
3 hari sebelum bencana tsunami menimpa Aceh, Raihan Herdian, putra ke-5, lahir
normal dan sehat. Proses persalinan pun berjalan lancar tanpa harus operasi
caesar. Bobot badan Raihan mencapai 3,1 kg. “Ia lahir normal. Malah kulitnya
lebih bersih dan cerah dibanding saudaranya yang lain,” ucap Desi. Selang
beberapa hari setelah Raihan lahir, tensi darah kembali normal 120/70. Tak
heran bila konsumsi VCO terus dilanjutkan hingga sekarang.
Keracunan
Kehamilan
Gejala-gejala darah
tinggi seperti pembengkakan, pegal-pegal, otot kaku dan tegang pada kehamilan
Desi dikenal dengan istilah keracunan kehamilan atau dalam bahasa kedokteran
disebut preeklampsia. “Itu ditandai meningkatnya tekanan darah diastolik
di atas 90 mmHg,” ujar dr Maisuri T Chalid, SpOG.
Menurut Maisuri
hipertensi pada ibu hamil menyebabkan kerusakan organ vital seperti ginjal,
hati, bahkan otak. “Kalau kasusnya berat bisa terjadi sindroma HELLP. Artinya,
sel darah merah pecah dan kadar trombosit menurun. Nah, itu bisa mengakibatkan
pendarahan saat melahirkan,” tuturnya. Bila trombosit menurun, otomatis
pembekuan darah tidak terjadi. Kejangkejang atau koma (eklampsia) saat
melahirkan pun bisa dialami oleh sang ibu.
Janin pun tak luput
dari bahaya. Aliran darah pada plasenta berkurang alias iskemia plasenta.
“Aliran oksigen dan nutrisi pasti terganggu,” kata ahli kandungan itu. Menurut
staf dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar, itu
pertumbuhan bayi otomatis terhambat. Tandanya, bayi lahir dengan bobot rendah
bahkan kurangnya pasokan nutrisi dan oksigen dapat mengakibatkan janin mati
sebelum dilahirkan.
Mengatasi
Darah Tinggi / Hipertensi Dengan VCO
Pada kondisi normal,
hipertensi yang umum menyerang pasien adalah hipertensi primer yang disebabkan
faktor keturunan dan lingkungan seperti stres, konsumsi garam berlebihan, kegemukan,
minum alkohol, dan pola hidup tidak sehat. “Frekuensi terjadinya mencapai
90—95%,” ujar Prof Dr dr Syakib Bakri, Sp PD-KGH, kepala sub-bagian
ginjal-hipertensi bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Penyakit Dalam,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Penyebab hipertensi
memang berbeda-beda. Salah satunya asupan garam yang berlebihan. Garam
mengandung unsur natrium (Na) yang mudah mengendap di dinding pembuluh darah.
Jika kadar garam yang mengendap banyak, pembuluh darah pun mudah terangsang
untuk konstriksi alias menyempit. Penyempitan itu mengakibatkan
kecepatan aliran darah meninggi.
Itulah sebabnya
penggunaan VCO untuk mengatasi hipertensi tidak berdampak negatif. Malah
memberi pengaruh yang baik bagi kesehatan. Pasalnya, ia termasuk lemak jenuh
rantai sedang (C8—C12) yang gampang hancur. Sehingga asam laurat, asam
kaprilik, dan asam kaprik tidak menyisakan endapan setelah diolah di dalam
hati. “Ia hanya menghasilkan energi dan tidak meninggalkan endapan,” ujar Joko,
alumnus Departemen Pertanian, University of Tsukuba, Jepang.
Penelitian Prof Jon J
Kabara, Ph D, pakar minyak kelapa asal Amerika Serikat menguatkan pendapat itu.
Asam lemak jenuh rantai sedang yang banyak terkandung dalam VCO mudah dicerna
dan diserap dibanding asam lemak jenuh rantai panjang. Lantaran mudah dan cepat
terbakar, asam lemak jenuh rantai sedang itu menghasilkan energi tanpa
menghasilkan ester dengan kolesterol. “Asam lemak jenuh rantai sedang digunakan
tubuh untuk menghasilkan energi. Ia jarang masuk sebagai lemak tubuh atau
mengendap dalam pembuluh darah. Hal itu tidak meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah,” ujar profesor meritus, Michigan State University, Amerika
Serikat, itu.
Arteriosklerosi
Arteriosklerosis
(pengapuran pembuluh darah, red) juga mengakibatkan tekanan darah naik.
Pengapuran terjadi lantaran kolesterol dan kandungan lemak jenuh yang
berlebihan di dalam pembuluh darah. “Daging kan banyak mengandung lemak jenuh.
Itu bisa mengakibatkan pengapuran pembuluh darah,” tutur Prof Dr dr Endang
Susalit, Sp PD-KGH, guru besar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia. Selain lemak, konsumsi gula berlebihan, dan merokok juga
bisa menyebabkan endapan pada pembuluh darah.
Ketika
bakteri Chlamydia pneumoniae—salah satu penyebab arteriosklerosis—memasuki
aliran darah, ia menyerang dinding pembuluh darah. Selain bakteri, zat radikal
bebas dan lemak trans juga mampu merusak lapisan pelindung sel. Akibatnya, sel
hancur dan mati. Dinding bagian dalam pembuluh darah pun mengalami infeksi
kronis (luka). “Virus, bakteri, zat radikal bebas, dan asam lemak trans
penyebab terjadinya luka,” kata Joko.
Menurut Walter Willet
MD, profesor epidemiologi dan nutrisi, Harvard School Public Health,
Amerika Serikat, asam lemak trans dihasilkan dari minyak tak jenuh yang
mengalami hidrogenasi atau pemanasan suhu tinggi, 2000C. “Semakin banyak asam
lemak trans yang dimakan, semakin besar kerusakan jaringan dan organ. Ia 2—3
kali lebih jahat dibanding lemak jenuh,” katanya. Menurut Walter lemak yang
paling berbahaya itu banyak ditemukan pada bahan pengawet, bumbu penyedap, dan
margarin, 35—48%. Ia mampu menyebabkan arteriosklerosis.
Antimikroba
Dalam proses
penyerangan, semua zat jahat itu menghasilkan luka pada dinding dalam pembuluh
darah. Untuk menyembuhkan luka, trombosit, kalsium, protein darah, dan protein
lain bersatu untuk menutup luka alias plak. Sayangnya, selama bakteri terus
menginfeksi dinding, plak terus berkembang dan menumpuk. “Jadi walaupun sel
darah putih berusaha menutup luka, plak terus menumpuk karena bakteri masih
hidup,” ujar Joko. Menurut peneliti mikrobiologi LIPI itu timbunan
mengakibatkan kolesterol bersama asam lemak trans yang berukuran besar tidak
bisa mengalir di dalam pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pun terjadi.
Untungnya, asam lemak
trigliserida yang banyak terdapat dalam VCO merupakan asam lemak jenuh rantai
sedang. Saat dimakan, trigliserida mudah pecah menjadi monogliserida,
digliserida, dan asam lemak bebas. Monogliserida dan asam lemak bebas inilah
yang menjadi antimikroba. Monogliserida yang terdiri dari monolaurat bersama
asam laurat ampuh membunuh berbagai macam bakteri termasuk Chlamydia
pneumoniae. Hasil penelitian Kabara menunjukkan asam lemak jenuh rantai sedang
memiliki aktivasi yang signifi kan terhadap bakteri gram-positif, tetapi tidak
bakteri gram-negatif.
Ia juga bertindak
sebagai antivirus. Ia mampu mematikan virus yang terlindung oleh lapisan lemak.
Itu lantaran asam lemak jenuh rantai sedang pada VCO mampu menghancurkan
membran lemak virus. Karena membran asam lemak jenuh lebih kecil, aktif
bergerak, dan mampu menekan membran virus, ia mudah menempel dan diserap oleh
zat jahat. Di dalam virus, membran asam lemak akan terbuka dan menumpahkan
seluruh isi. Hasilnya, seluruh bagian virus dihancurkan dengan mudah. “Di VCO
bahan paling bagus adalah asam laurat. Ia mempunyai aktivasi antivirus paling
besar dibanding asam kaprilik dan miristik,” kata Jon J Kabara.
Bila semua ibu hamil
dan penderita hipertensi mengkonsumsi VCO, tidak mustahil “kesaktian” minyak
perawan itu mampu mencegah kematian janin akibat hipertensi. Ketakutan dan
kecemasan bayi lahir cacat pun tidak perlu terjadi. (Rahmansyah Dermawan)
Diet
VCO untuk Hipertensi
Atherosklerosis adalah
salah satu penyebab tekanan darah naik. Menurut Prof Dr dr Endang Susalit, Sp
PD-KGH, guru besar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, santapan yang mengandung asam lemak jenuh rantai panjang seperti
daging adalah biang kerok pengapuran pembuluh darah. Bagi pencinta santapan
tersebut, sebaiknya segera berpaling. TK Ng, peneliti asal Division of Human
Nutrition, Institute for Medical Research, Kuala Lumpur, Malaysia, menganjurkan
untuk menggantinya dengan minyak kelapa murni.
Anjuran itu bukan tanpa alasan.
Pada 1991, ia melakukan
penelitian terhadap 61 pria dan 22 wanita berusia 20—34 tahun. Mereka dibagi
dalam 3 kelompok. Kelompok I diberi asupan minyak kelapa-sawit-kelapa; Kelompok
II minyak kelapa-jagung-kelapa; Kelompok III minyak kelapa-kelapa-kelapa, pada
3 periode pemberian selama 15 minggu. Alhasil, diketahui bahwa pengkonsumsi
minyak kelapa memiliki peningkatan total kolesterol tertinggi 17%, kolesterol
HDL 21,4%, dan penurunan perbandingan LDL/HDL 3,6%.
Menurut Prof Dr dr
Budhi Setiantio, SpJP(K), ahli kardiologi Pusat Jantung Nasional Slipi,
peningkatan jumlah HDL adalah positif. “Kolesterol HDL adalah kolesterol yang
baik,”katanya. Ia mengikis lemak yang melekat pada dinding pembuluh darah.
Dengan demikian, aliran darah tidak terhambat, hipertensi pun minggat. (Imam
Wiguna) - Trubus 2005
mantab
BalasHapus