Testimoni dari pak Adi
Sasono :
Suatu hari di
penghujung 1997, saat kondisi tubuh tengah prima, Adi Sasono mengiyakan tawaran
untuk uji kesehatan di laboratorium. Alih-alih memperoleh bukti kebugaran, yang
didapat malah kabar buruk. Virus hepatitis C telah bersarang di dalam tubuh.
Untuk mencari kesembuhan, RS Mount Elizabeth pun disambangi. Gagal di
Singapura, RS Loyola, Chicago, Amerika Serikat—tempat para hepatologis terbaik
dunia—menjadi tumpuan harapan untuk mengatasi hepatitis yang diidapnya. Lelah
melanglang buana mencari jalan untuk mengobati hepatitis, perjalanan berakhir
di Yogyakarta, tempat pertama Adi meminum VCO. Rutin mengkonsumsi minyak
perawan, virus hepar pun hengkang dari organ hatinya.
Mantan Menteri Koperasi
dan Pengusaha Kecil Menengah kabinet reformasi pembangunan presiden Habibie itu
tak merasakan gejala apa pun sebelumnya. Ia tak mengenal rasa sakit di
seputaran ulu hati seperti pengidap hepatitis C lain. Suami Male Maria itu
tetap saja menjalankan aktivitas tanpa terganggu virus yang berada di tubuh.
Sehari-hari badan segar bugar tanpa ada keluhan sakit. “Saat masih menjabat
menteri, saya bahkan tidur hanya 3—4 jam sehari,” ujarnya.
Namun, rupanya tubuh
mantan ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu laiknya menyimpan
bom waktu. Tes kesehatan di Klinik Pramitra Surabaya memperlihatkan, virus
hepatitis C, awal dari sirosis alias kanker hati, bersarang di badan. Virus itu
ibarat silent killer yang merontokkan organ hati secara perlahan. “Baru terasa
setelah minimal 26 minggu karena masa inkubasi virus memakan waktu lama,” tutur
Prof Dr Nurul Akbar, SpPDKGEH, ahli hepatologi di Jakarta. Menurutnya pada
sebagian kasus, virus hepatitis C tinggal dalam tubuh meski penderita terlihat
sehat. Itu yang dinamakan hepatitis C kronis dan mungkin menyebabkan kerusakan
hati secara progresif. Penderita berpotensi menularkannya pada orang lain
Itulah yang dialami
putra Adnan Martawiredja. Sejak diketahui mengidap hepatitis C, ia baru
merasakan kehadiran sang penyakit 2 tahun kemudian. Itu artinya penyakit telah
beranjak menjadi kronis. Tahun baru 1999 pun menjadi begitu pahit baginya. Adi
mesti pasrah saat dilarikan ke Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura. Dalam
satu pekan ia didera rasa lemas, mual, dan pegal di persendian
Pindah
Herbal
Sepulang dari
Singapura, penanganan kesehatan Adi diambil alih tim dokter kepresidenan.
“Rutin 2—3 kali seminggu saya disuntik interferon,” tutur pria 7 cucu itu.
Selang dua bulan bukannya malah membaik, kondisi Adi justru menurun. Rasa pegal
di tubuh kian menjadi. Satu per satu rambut rontok dan kulit di sekitar wajah
menghitam.
Alumnus Teknik Sipil
ITB itu kemudian mencoba peruntungan ke rumah sakit University of Catholic Loyola,
Chicago, Amerika Serikat. Di sanalah para hepatologis terbaik di dunia
berkumpul. Namun, Adi mesti menelan pil pahit. “Belum ada vaksin yang ampuh
untuk hepatitis,” paparnya menirukan ucapan dokter. Suntikan interferon
satu-satunya obat yang ditawarkan medis. Padahal, efek samping suntikan
membuatnya kerap menggigil, menahan mual, dan pegal-pegal.
Dalam kebimbangan, Adi
Sasono memutuskan mencari kesembuhan lewat jalur alternatif. Pijat refleksi
dari ahli di Cikajang, Garut, Jawa Barat, menjadi pilihan pertama untuk
menangatasi hepatitis dan mengobati hepatitis yang dideritanya. Seminggu 3 kali
ia rutin menyambangi Cikajang. Ibarat melempar batu ke permukaan air tenang,
perlahan gelombangnya menghilang, tetapi batu masih tetap tinggal di dalam.
Sama halnya dengan usaha Adi mempertahankan kesehatan. Setelah dipijat, kondisi
tubuh menjadi prima. “Hanya saja virusnya tetap ada dalam tubuh,” ujarnya.
Karena itu beragam
jalan lain ia tempuh. Ketua umum Partai Merdeka itu tak segan mencoba beraneka
jamu. “Dari temulawak, cuka apel, sampai madu pahit saya konsumsi,” tutur pria
berjuluk Th e Indonesian’s Most Dangerous Man versi majalah Far Eastern
Economic Review, Desember 1998. Itu belum termasuk kiriman jamu-jamuan dan obat
tradisional dari para rekan dan kolega di daerah. “Saya minum saja semua,”
kelakarnya.
Niat baik mencoba
ramuan herbal itu memang bermanfaat. Kesehatannya meningkat drastis. Mantan
general manager PT Krama Yudha Philips Welding Electrode Manufacturing itu
percaya, obat tradisional sanggup meningkatkan daya tahan tubuh. “Dengan daya
tahan prima, tubuh bisa mengatasi gempuran penyakit,” ungkapnya. Toh, ia masih
saja mesti berdamai dengan virus hepatitis yang enggan enyah dari tubuh. “Saya
mesti berbagi hidup dengan penyakit itu,” ucapnya.
Minyak
dara
Berdamai dengan
penyakit memang bukan pilihan menyenangkan. Tujuh tahun ia menghabiskan hidup
sebagai carier hepatitis. Suatu ketika di penghujung 2004 ia berjumpa dengan
rekan lama, Bambang Setiadji, peneliti di Yogyakarta. Dari sanalah
perkenalannya dengan virgin coconut oil berawal. Bambang yang meneliti VCO
sejak lama menyarankan konsumsi minyak dara secara rutin.
Adi yakin pilihannya
kali itu tak meleset. Ingin sembuh, ia meneguk 1—2 sendok makan VCO sehari
tanpa didampingi konsumsi obat lain. Dalam hitungan minggu kondisi tubuhnya
bertambah prima. Semangat beraktivitas terasa meluapluap. Awal Oktober 2005,
noktah cerah kesembuhan mulai tampak di mata pria 62 tahun itu. Hasil tes SGPT
(Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) normal di kisaran 15—17 IU dan SGOT
(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) pun beranjak stabil di angka 17—20
IU.
Demikian pula tes
virus/ antivirus. Virus hepatitis dalam tubuhnya dinyatakan negatif alias telah
musnah. Kurang yakin, tes laboratorium di lain tempat pun dilakoni. Serasa
mendapat keajaiban, hasil serupa Adi dapatkan. Pantas bila konsumsi VCO tetap
saja dilakukan sebagai wujud syukur.
Didukung
Riset
Kisah kesembuhan Adi
Sasono itu sebuah keniscayaan. Penelitian yang dilakukan Bartolotta S. dan
rekan sejawatnya di Universidad Tidak Buenos Udara, Ciudad Universitaria,
Buenos Aires, Argentina, menunjukkan asam laurat atau C12 paling efektif
menghadang tahap pendewasaan siklus replikasi virus. Lauric acid dalam tubuh
bekerja mengurangi hasil sekresi virus dan menghambat tekanan patogen virus,
tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup sel dalam jaringan tubuh.
Dokter yang dihubungi
Trubus, Prof Dr Nurul Akbar SpPD-KGEH, menjelaskan hepatitis disebabkan oleh
virus yang dalam jangka waktu 6 bulan sejak terinfeksi menjadi akut dan bila
dibiarkan hingga 6 bulan berikutnya menjadi kronis. Virus masuk ke dalam sel
hati dan secara bertahap merusak sel hepar itu.
Virus itu menyebabkan
organ hati meradang dan bila pecah akan menyebabkan tubuh menjadi kuning
sewarna biliburin. Warna itu akan muncul secara fi sik di permukaan kulit,
sela-sela kuku jari tangan, dan putih di mata. Itulah yang menjadi
ciripenderita hepatitis.
Jadi, bila ada obat
yang bisa menghambat proses replikasi virus sangat disarankan. Selama ini dunia
medis mengenal interferon yang berfungsi memperbaiki hati. “Namun, tingkat
keberhasilan interferon hanya 10—15%,” ungkap Prof Dr Nurul Akbar, SpPD-KGEH.
Meski di lapangan interferon sanggup mengurangi penderitaan akibat hepatitis
sebanyak 40%, tapi kemampuannya memusnahkan virus masih kecil.
J. Kabara, Ph.D.,
profesor emeritus dari Michigan State University, Illinois, Amerika Serikat,
dalam buku Minyak Kelapa dalam Bidang Kesehatan dan Penyakit, yang ditulis
Conrado S. Dayrit, MD.FACC.FPCC. FPCP., telah mempelajari aspek nutrisi dan
kesehatan minyak kelapa murni selama lebih dari 30 tahun. Laboratorium lipidnya
menemukan minyak kelapa tanpa pemanasan yang tergolong raw food (makanan mentah
untuk diet) di Amerika Serikat, mengandung 47—59% asam lemak jenuh rantai
sedang alias medium chain fatty acid (MCFA) dan monoglyceride. Asam lemak itu
berupa lauric acid, myristic acid, palmitic acid, stearic acid, linoleic acid,
dan sebagainya. Dengan kandungan itu minyak dara baik dikonsumsi penderita
hepatitis demi menghambat pertumbuhan virus dalam tubuh.
Yellia Mangan, herbalis
di Jakarta Selatan, mengamini bahwa hepatitis berasal dari telur-telur parasit
yang berkembang menjadi virus. Virus patogen itu bermantel lemak yang elastis
dan aktif. Organisme itu dapat bergerak, menyusup ke bukaan kecil, dan
bereplika sebanyak mungkin.
Karena diselimuti lipid
alias lemak, virus hepatitis sulit ditembus obat apa pun. Riset yang dilakukan
Th ormar H., Isaacs CE., dan rekan-rekannya di Institut Biologi, Universitas
Islandia, Grensavegi, Reykjavik, menunjukkan medium chain fatty acid merupakan
bahan yang sangat aktif melawan virus yang bermantel lipid.
Percobaan Th ormar dan
rekan-rekannya diawali dengan menguji sejumlah asam lemak yang merupakan
komponen normal lipid terhadap virus bermantel lipid dan virus yang tak
bermantel lipid. Hasil menunjukkan, asam lemak jenuh rantai medium sangat aktif
melawan virus bermantel lipid, walaupun konsentrasi asam lemak yang diperlukan
untuk inaktivasi virus sebanyak 20 kali lipat. Dan tak satu pun asam lemak yang
meng-inaktivasi virus tak bermantel lipid.
Monoglyceride asam
lemak itu bersifat antiviral yang dalam beberapa kasus memiliki konsentrasi 10
kali lebih rendah dari free fatty acid-nya. Antiviral asam lemak itu ditemukan
berdampak pada virus bermantel lipid, penyebab kebocoran. Pada konsentrasi
lebih tinggi ia mendisintegrasi sempurna virus bermantel lipid. Peristiwa itu
akan diikuti terjadinya sel virus lisis alias hancur dan kematian pun menjemput
sang virus patogen.
Th ormar melakukan
percobaan lain dengan memasukkan asam lemak jenuh rantai medium ke dalam koloni
virus bermantel lipid. Itu menyebabkan pengurangan jumlah virus 3.000—10.000
kali lipat selama masa inkubasi pada 37°C dalam waktu 30 menit.
Hal serupa dijelaskan
kembali oleh Kabara dari Michigan State University, Illinois, Amerika Serikat.
Penelitian yang dilakukan sejak awal 1966 menunjukkan senyawa lemak sederhana
justru efektif untuk menonaktifk an virus bermantel lipid dengan cara merusak
membran lipid dari organisme itu. Dan di antara sekian banyak saturated fatty
acid, lauric acid memiliki aktivitas antiviral maksimal.
Penelitian itu
mengguanakan virus-virus prototype yang telah dipilih atau dikenali. Mereka
representatif dengan strain virus bermantel lipid yang menyerang manusia.
Mantel dari virus itu adalah lapisan membran lipid. Setelah diinokulasikan
lauric acid dan monolaurinnya, virus-virus menjadi rapuh. Rantai MCFA (Medium
Chain Fatty Acid) dan kandungannya bereaksi dengan cara merusak membran lipid
virus. Akhirnya virus itu menjadi nonaktif dalam tubuh manusia. Percobaan juga
menggunakan saturated fatty acid tipe lain.
Menurut Kabara dan
rekan-rekannya saturated fatty acid lebih panjang dari rantai C14, sehingga
tidak mempunyai aktivitas signifi kan terhadap virus. Dan dari MCFA, lauric
acid C12 paling potensial, terutama kandungan monoglyceride alias monolaurin.
Bahan itu lebih aktif daripada caprilic acid C8, caprie acid C10, atau myristic
acid C14. Sedangkan dilaurin dan trilaurin sama sekali tidak memiliki
aktivitas.
Bahkan Cha dan Sachan
dari American College of Nutrition mempelajari efek saturated fatty acid dan
unsaturated fatty acid pada ethanol pharmacokinetics sejak 1994. Mereka
menyimpulkan pola makan dengan saturated fatty acid berantai sedang melindungi
hati dari kerusakan karena alkohol dengan cara memperlambat metabolisme
ethanol.
Pantas jika para
peneliti itu sepakat, asam lemak jenuh berantai sedang yang terkandung dalam
minyak dara efektif dikonsumsi untuk mencegah kehadiran atau bahkan memusnahkan
virus patogen. Berbagai penelitian itu menguatkan bukti empiris khasiat minyak
perawan menumpas virus hepatitis yang dialami Adi Sasono. Asa kesembuhan para
penderita hepatitis pun seakan menemukan sandaran baru, si penyembuh ajaib dari
kelapa. (Hanni Sofi a/Peliput: Destika Cahyana dan Lastioro Anmi)
Sumber :
trubus-online.co.id
Bpk Adji Wahono (60 tahun)
Awal Gula darah 237, Diet nasi 100 gram/hari dan mengurangi
makanan manis.
Setelah 1 minggu konsumsi VCO, gula darah 234.
Dalam 2 minggu setelah konsumsi 2 botol VCO + Dandan Gendis, gula darah 209
Setelah 1 minggu konsumsi VCO, gula darah 234.
Dalam 2 minggu setelah konsumsi 2 botol VCO + Dandan Gendis, gula darah 209
Bpk Harianto (36)
Keluhan:
Trigliserida 390, sering kesemutan, badan mudah lelah dan mengentuk.
Setelah konsumsi 1 botol VCO 350 ml, tidak mudah mengantuk, kerja lebih semangat
dan tidak kesemutan.
Setelah konsumsi 1 botol VCO 350 ml, tidak mudah mengantuk, kerja lebih semangat
dan tidak kesemutan.
Putri Bpk Yakobus (19 tahun)
Sejak kecil menderita asma, badan gemuk dan sering linu.
Setelah mengkonsumsi VCO 350 ml 2 botol dengan dosis 3×1 sendok makan,
Asma berkurang dan pakaian menjadi longgar, kendati yang bersangkutan
masih selalu enggan menimbang berat badannya. Badan lebih fit.
Dr. Ansori (56 tahun)
Mengalami diabetes, tekanan darah tinggi dan jantung koroner
serta pernah pasang strain jantung 2 kali.
Setelah 5 hari konsumsi VCO 3×1 sdm, detak jantung lebih stabil. Badan terasa hangat.
Kolesterol dan gula darah cenderunng turun
Bambang Herianto (69 tahun)
Bapak yang sampai sekarang kemana-mana naik sepeda motor ini
sejak tahun 1994 mengidap kencing manis, gula darahnya lebih dari 300 mmHg
serta kolesterol tinggi. Setelah mengkonsumsi 1 botol VCO 3×1 sdm
gula darah turun ke angka normal, 132 mmHg.
Begitu pula istrinya (64 tahun) gula darahnya 267 mmHg.
Setelah mengkonsumsi VCO selama 1 minggu dengan dosis 3×1, turun menjadi 160 mmHg.
Gimana cara pesannya..?
BalasHapuspesan disini.... https://bit.ly/TokoVCO
HapusVCO memang ciptaan Tuhan yang terbaik untuk semua jenis penyakit.
BalasHapusVCO memang ciptaan Tuhan yang terbaik untuk semua jenis penyakit.
BalasHapusPerlu dicoba dulu
BalasHapusbisa pesan VCO disini... https://bit.ly/TokoVCO
Hapus