Belakangan ini Hj Empat
Pathonah terlihat begitu sibuk memesan busana baru pada penjahit langganan. Itu
bukan semata-mata karena Idul Fitri datang menjelang. Baju-baju milik Pathonah
yang tersimpan di lemari kedodoran semua. Maklum ibu 3 anak itu kini memang
menjadi lebih langsing. Dua bulan rutin mengkonsumsi virgin coconut oil,
bobot tubuh melorot dari 77 kg menjadi 72 kg.
Perubahan itu jelas
membuat kelahiran 16 Juli 1951 itu senang bukan kepalang. Saat masih berbobot
77 kg, Pathonah kerap merasa tersiksa. “Kaki dan paha gampang pegal, tangan
terasa kaku,” tuturnya. Buat Pathonah, tubuh yang ekstra besar terasa berat
dibawa ke sana ke mari.
Belum lagi bila letih
luar biasa mendera. Tekanan darah melonjak hingga 150 mg/dl. Kepala pun berdenyut.
Kalau sudah begitu aktivitas seharihari ibu 3 anak itu sebagai bidan di sebuah
puskesmas di pusat kota Tasikmalaya menjadi terganggu. Bobot tubuh di atas
ideal membuat istri HR Ruchiat itu kerap merasa kurang percaya diri. Lemak
menumpuk di kaki, tangan, dan perut. “Kalau paha dipijit kelihatan seperti
kulit jeruk. Tebal dan pori-porinya besar-besar, tanda banyak lemak,” kata
Pathonah.
Obesitas
atau Kegemukan
Menurut Prof Dr Walujo
Soerjodibroto MSc, PhD, SpG—pakar gizi dari Universitas Indonesia, bobot badan
seseorang dikatakan ideal bila rasio bobot dibagi pangkat dua tinggi tubuh
dalam meter berada di kisaran 18,5—23. “Bila rasio di atas 23 sampai 29 disebut
kelebihan bobot alias overweight. Lebih dari 30 sudah dikatakan obesitas,”
kata guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Dengan tinggi tubuh 158
cm dan bobot 77 kg, rasio bobot per tinggi badan dalam meter pangkat dua
Pathonah adalah 32,05. Artinya, perempuan yang 32 tahun berprofesi sebagai
bidan itu termasuk kategori penderita obesitas. Idealnya bobot
Pathonah sekitar 58 kg.
Obesitas terjadi bila
makanan atau kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak daripada kebutuhan.
Mestinya kalori diubah menjadi energi. Lantaran tidak terpakai, kelebihan itu
disimpan tubuh dalam bentuk lemak. Menurut Walujo, pada manusia modern
penumpukan lemak lebih mudah terjadi. Itu lantaran pola konsumsi yang banyak
mengandung lemak tapi aktivitas fi sik berkurang. Di Indonesia pola makan salah
jadi penyebab utama obesitas. Sementara faktor keturunan cuma punya andil
sekitar 3%.
Obesitas tak sekadar
membuat tubuh menjadi ekstrabesar. Penderita kelebihan bobot badan berisiko
mengalami gangguan metabolisme karbohidrat sehingga kadar gula darah meningkat.
Asam urat dan sebagian fraksi lemak tubuh ikut naik. Obesitas pun faktor risiko
penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, misal stroke.
Coba
Herbal
Pantas bila Pathonah
getol mencoba berbagai cara untuk melangsingkan tubuh. Saran untuk menyeruput
seduhan mahkota dewa Phaleria macrocarpa dituruti. Mengkonsumsi
brotowali dan sambiloto yang bercitarasa pahit tidak jadi halangan. Yang
penting bobot tubuh bisa susut. Efeknya bobot badan memang berkurang, tapi
penurunan tidak signifi kan. Untuk mencoba obat-obatan pelangsing, nenek 3 cucu
itu enggan. “Takut ada efek sampingnya,” kata Pathonah.
Berikutnya, ia mencoba
mengubah pola makan. Makanan mengandung lemak seperti daging, jeroan, dan usus
dihindari. Ia lebih banyak mengkonsumsi berbagai jus seperti jambu batu, apel,
wortel, ditambah nanas. Sari buah dan sayuran itu diseruput pagi atau malam
hari sebagai pengganti sarapan dan makan malam. Pathonah memang membatasi diri
untuk tidak makan setelah Maghrib.
Segala daya upaya itu
tidak mudah dilakukan. Maklum orang obesitas biasanya memiliki napsu makan
tinggi. “Ini lantaran sel-sel livernya tidak mampu memantau keadaan di
sekitar,” ujar Walujo. Normalnya pada saat seseorang makan banyak, maka gula
dan lemak darah naik. Otomatis hati bakal menyetop produksi lemak. Namun, pada
penderita obesitas, sel-sel liver sudah tumpul karena terlalu sering digempur
oleh kelebihan makanan. Jumlah lemak di dalam tubuh pun tidak terpantau tepat.
Akibatnya, hati terus memproduksi lemak karena tidak ada sinyal untuk menyetop
produksi.
Pucuk dicinta ulam tiba.
Suatu hari pada Agustus, Pathonah menghadiri sebuah acara rapat kerja kebidanan
di Bandung. Di sela-sela acara itu ada presentasi mengenai virgin coconut
oil. Di sana dipaparkan bahwa minyak dara berkhasiat bagi kesehatan, termasuk
di antaranya mengatasi obesitas.
Tanpa banyak
pertimbangan perempuan 54 tahun itu langsung mencoba. VCO diminum 2 kali sehari
masing masing 1 sendok makan. Itu dibarengi dengan pola konsumsi sehat. Hasilnya,
dalam hitungan 2 bulan bobot tubuh melorot dari 77 kg menjadi 72 kg alias turun
5 kg. “Baju-baju sekarang longgar semua ,” kata Pathonah. Lemak y ang menumpuk
di paha dan pangkal lengan berangsur hilang. Hanya di bagian perut yang masih
terlihat gemuk. Saat bobot turun, tekanan darah pun ikut terkontrol. Kini
tekanan darahnya bertahan di angka 130 mg/dl.
Cepat
Dibakar
Peran minyak perawan
mengatasi obesitas adalah sebuah keniscayaan. Minyak kelapa murni terdiri atas
rangkaian Asam Lemak Rantai Sedang (medium chain fatty acid, MCFA). Begitu
dikonsumsi, MCFA langsung masuk ke dalam hati. Di sana ia langsung diubah
menjadi energi sehingga tidak disimpan dalam tubuh sebagai lemak. MCFA mudah
dicerna dan diserap oleh usus karena ukuran molekul relatif kecil.
“Saat minyak kelapa
memberi energi dengan cepat, jaringan tubuh kita menjadi kenyang,” kata Walujo.
Seseorang jadi tidak merasa lapar waktu makan tiba. Proses pembakaran
menyebabkan suhu badan orang yang mengkonsumsi minyak kelapa menjadi lebih
tinggi ketimbang mereka yang tidak. Kondisi ini menyebabkan tubuh memerlukan energi
lebih banyak yang didapat dari cadangan lemak.
Lama-kelamaan reflek
rasa lapar dan kenyang menjadi normal. Bahkan dengan asupan makanan sedikit
saja, ia sudah merasa kenyang. MCFA pun mendorong pembakaran LCFA (long chain
fatty acid)—penyebab obesitas—seperti yang terkandung dalam minyak sayur. Pada
akhirnya bobot badan pun susut.
Riset
menurunkan berat badan
Pernyataan guru besar
Fakultas Kedokteran UI itu sejalan dengan hasil penelitian di Mac Gill University.
Riset yang dimotori oleh Dr Marie Pierre St Onge dan Peter Jones itu
menyebutkan penggantian konsumsi minyak jagung dan minyak keledai dengan minyak
kelapa menyebabkan penurunan bobot antara 5—16 kg dalam setahun. Padahal kalori
yang diasup sama. Ini lantaran VCO membakar lebih banyak kalori saat
metabolisme tubuh meningkat.
Penelitian lain
dilakukan dengan menggunakan hewan perobaan. Dalam riset 3 kelompok obyek
diberi perlakuan berbeda. Yaitu, perlakuan diet rendah lemak, diet lemak tinggi
yang mengandung long chain trigliserid (LCT), dan diet lemak tinggi
yang mengandung medium chain trigliserid (MCT) selama 44 hari.
Hasilnya, hewan dengan
diet lemak rendah menyimpan rata-rata 0,47 g lemak per hari, kelompok ke-2 0,48
g per hari, sedangkan yang diet lemak tinggi mengandung MCT hanya 0,13 g per
hari. Penelitian itu menunjukkan jika minyak mengandung MCT menjadi pengganti
diet LCT maka tubuh mengalami penurunan dalam menyimpan lemak. MCT pun lebih
efektif dalam menyimpan lemak daripada diet rendah lemak.
Pantas bila Lina Mardiana,
herbalis di Yogyakarta, menggunakan minyak dara dalam terapi penurunan bobot
badan. Ia menganjurkan konsumsi 1 sendok teh VCO 3 kali sehari untuk mereka
yang mengalami obesitas seperti pada kasus Pathonah. Namun, Lina mengingatkan
penurunan bobot sebaiknya tidak drastis.
“Penurunan 5 kg masih
normal, kalau 5 kg dalam sebulan jangan,” tuturnya. Penyusutan drastis
menyebabkan kulit kendur, menghitam, wajah keriput, dan pori-pori menumpuk.
Menurut Walujo penurunan bobot dengan VCO, 2 ons per minggu. Supaya tidak ada
efek samping, terapi minyak dara mesti dibarengi dengan konsumsi vitamin B dan
E untuk menjaga kekencangan kulit. Meminum jus secara rutin dan berolahraga
teratur patut dijalankan. (Evy Syariefa/Peliput: Lastioro Anmi) - Trubus 2005
0 komentar:
Posting Komentar