Ingat mata pelajaran kimia klasik di bangku sekolah? Asam lemak jenuh disebut-sebut sebagai sumber kolesterol penyebab penyakit degeneratif. Akibatnya minyak kelapa dengan kandungan asam lemak jenuh tersingkir oleh minyak kedelai, jagung, dan ikan yang kaya asam lemak tak jenuh. Belakangan, kehadiran virgin coconut oil (VCO) mematahkan mitos itu. Asam laurat dan asam kapriat—berupa asam lemak jenuh berantai sedang—di dalam VCO justru bermanfaat bagi tubuh.
Mitos
minyak kelapa kurang baik bagi kesehatan terbentuk pada akhir 1960-an. Ketika
itu beberapa peneliti di Minnesota, Amerika Serikat, mengemukakan telah terjadi
epidemi sakit jantung di Amerika. Mereka menduga epidemi itu muncul karena
peningkatan kolesterol darah akibat konsumsi minyak atau lemak nabati jenuh.
Minyak nabati jenuh yang tidak sehat itu mencakup tropical fats—karena
banyak dibuat di negara tropis—yaitu minyak sawit dan kelapa.
Maka
muncullah anjuran untuk menukar konsumsi minyak nabati jenuh dengan minyak
nabati tidak jenuh seperti minyak kedelai, kacang, dan jagung. “Nasib mujur”
berpihak pada minyak sawit. Para peneliti di Malaysia—salah satu produsen
minyak sawit terbesar—getol melakukan riset minyak sawit untuk kesehatan.
Sebaliknya, yang terjadi dengan minyak kelapa Indonesia. Tanpa perlawanan,
stigma tidak sehat melekat pada minyak kelapa sejak 1963.
Itu bak sebuah ironi. Sekitar 66 tahun silam, Dr Weston A Price
dan Dr Price telah mempublikasikan pentingnya minyak kelapa untuk kesehatan.
Namun, itu semua seperti terkubur dalam khazanah ilmu pengetahuan nusantara.
Baru pada 2004 Dr Bambang Setiadji, peneliti dari UGM, mengangkat virgin coconut oil ke
permukaan dengan memproduksi langsung. Ia juga menggembar-gemborkan permintaan
pasar dunia luar biasa tingginya. Bagaimana para pakar melihat tren minyak
kelapa murni akhir-akhir ini?
Prof Walujo Samoero Soerjodibroto
(Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia)
Saya belum meneliti langsung virgin coconut oil. Namun,
penelitian guru besar saya banyak membahas soal lemak. Salah satunya minyak
kelapa. Dari situ terdapat beberapa hal baru yang cukup mencengangkan.
Misalnya, minyak kelapa memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki minyak
lain. Lima puluh persen asam lemak pada minyak kelapa berupa asam laurat
alias lauric acid dan 7% asam kapriat atau capric
acid.
Keduanya adalah asam lemak jenuh rantai sedang yang mudah
dimetabolisir dan tidak meningkatkan kolesterol darah. Asam laurat di dalam
tubuh diubah menjadi senyawa monolaurin yang memiliki kemampuan antivirus,
antibakteri, dan antiprotozoa. Bahkan saat ini monolaurin sedang dikembangkan
untuk melawan HIV. Sedangkan asam kapriat diubah menjadi monokaprin. Ia pun
memiliki kemampuan yang hampir setara dengan monolaurin. Kemampuan istimewa itu
tidak dimiliki oleh minyak jenis lain. Karena itu minyak kelapa aman untuk
penderita jantung, bahkan bisa mencegah sakit jantung. Saya tak berwenang
menjawab lebih jauh tentang VCO. Namun, logikanya, bila minyak kelapa yang
beredar di pasaran saja jauh lebih baik dibanding minyak lain, maka besar
kemungkinan VCO lebih baik. Karena dia diolah tanpa pemanasan sehingga
kualitasnya jauh lebih baik.
Dr Mangestuti Agil
(Farmakolog di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga)
Sejak 2000 saya dipercaya menjadi penanggung jawab untuk mendalami
aromaterapi pada Poli Obat Tradisional Dr Sutomo. Sejak itulah saya menggunakan
beragam minyak sebagai minyak pembawa, salah satunya virgin coconut oil.
Dari pengalaman empiris itu saya menyimpulkan. Minyak perawan sangat baik untuk
aplikasi kulit. Ia mampu melembutkan dan melembapkan kulit. Bahkan, tak seperti
minyak lain, ia mudah diserap kulit. Itu tak saya temui pada minyak lain
kecuali minyak zaitun.
Saya penasaran membuka buku dan jurnal lama. Di sana ditemukan
jawaban. VCO bisa mengangkat kotoran di kulit dan wajah. Saking kuatnya,
kotoran itu terasa bila disentuh. Itu karena VCO punya kekuatan melarutkan dan
menarik kotoran. Sejak mendapat kekuatan ilmiah dari literatur lama itu, saya
tak pernah pakai minyak lain.
Keyakinan akan kelebihan VCO semakin kuat setelah saya tinggal di
Filipina selama 4 bulan pada 2003. Ternyata orang sana menggunakan VCO sebagai
obat. Bahkan minyak kelapa digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti
layaknya minyak sayur di Indonesia. Sayang, mereka merahasiakan cara terbaik
memperoleh VCO. Namun, untuk terapi kesehatan, saya menganjurkan minyak kelapa
yang diperoleh dengan cara dingin. Karena minyak apapun, bila diperoleh dengan
pemanasan pasti akan mengurangi mutu.
Dra Siti Surdijati MS
(Ketua Lab Patologi Klinik Fakultas Farmasi Universitas
Katolik Widya Mandala)
Kehadiran VCO sebagai minyak untuk kesehatan betul-betul
mengagetkan. Itu membalikkan pandangan umum. Jurnal-jurnal lama yang saya baca
menyebutkan asam lemak dengan rantai panjang ganda bagus untuk dikonsumsi.
Ternyata betul juga, rantai panjang ganda justru lebih mudah terpolimerisasi.
Artinya, potensi terbentuknya radikal bebas pada minyak berantai ganda jauh
lebih besar. Itu sebetulnya telah diketahui pada pelajaran kimia organik, tapi
anehnya buku lama justru menganjurkan asam lemak jenuh berantai ganda untuk
dikonsumsi.
Karena itulah penelitian-penelitian saya terdahulu lebih fokus
pada bahan pangan yang mengandung banyak asam lemak berantai ganda seperti
kacang. Dan, ternyata memang betul, minyak dari kacang lebih mudah teroksidasi.
Pada industri komersial, minyak dari kacang justru dijenuhkan dengan proses
hidrogenisasi agar tidak bau tengik. Maka itu, menurut saya, jauh lebih logis
minyak jenuh dari kelapa yang mengandung asam lemak berantai sedang lebih baik
dibanding minyak lain.
Prof Dr Sri Kumalaningsih
(Kepala Lab Pusat Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas
Brawijaya)
Sejak dulu orang desa di Indonesia mengkonsumsi kelapa dan
minyaknya, tapi tak pernah terdengar ada penyakit aneh. Itu karena memang
kelapa baik untuk kesehatan. Makanya, sejak 2002 saya selalu berkampanye
tentang aneka ragam kelebihan kelapa. Untuk mendukung itu, laboratorium kami
terus melakukan penelitian VCO. Mulai dari teknologi pembuatan yang benar,
sampai uji toksisitas pada mencit. Sejauh ini aman-aman saja.
Bahkan kelapa mempunyai
asam laurat yang berguna untuk tubuh. Dalam tubuh ia diubah menjadi monolaurin.
Ia bisa membunuh virus, bakteri, protozoa, dan parasit. Mekanismenya sederhana,
mikroorganisme itu mempunyai dinding sel yang tersusun dari lipid. Dinding sel
itu ditembus oleh monolaurin sehingga cairan di dalam sel tersedot keluar.
Terjadilah pengerutan sel yang mengakibatkan mikroorganisme itu mati. Uniknya,
mekanisme itu hanya berlaku untuk mikroorganisme jahat. (Destika Cahyana/Peliput: Karjono dan Oki Sakti
Pandana). Trubus 2005
0 komentar:
Posting Komentar