Akhirnya Tuhan pun memberikan kesembuhan pada Agnes Reni Widayanti. Telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit asma yang dideritanya. Berbagai upaya untuk mengobati penyakit asma yang diidapnya bertahun-tahun terhenti sudah dengan dia melakukan terapi VCO. Diapun semakin mantab untuk mengkonsumsi Minyak VCO untuk mencegah penyakit asma yang pernah dideritanya kambuh lagi.

Agustus 2005. Itulah kali terakhir Agnes Reni Widayanti dibopong ke rumahsakit karena serangan asma. Biasanya sekali sebulan, gadis kelahiran Malang, 27 Mei 1987, itu pasti diinhalasi untuk melegakan napas yang sesak. Berkat konsumsi 3 sendok makan per hari virgin coconut oil sejak akhir September, Agnes terbebas dari asma.

Hari-hari pada Agustus 2005 itu semula saat yang menyenangkan buat Agnes. Anak ke-3 dari 4 bersaudara itu tengah menikmati masa liburan panjang sebelum memulai aktivitas sebagai mahasiswa baru di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Malang Kucecwara. 

Rupanya keasyikan menikmati liburan membuat Agnes lupa menjaga kondisi. Pada suatu petang, putri dari pasangan Yacobus Sutrisno dan Andri Yulianti itu pulang dengan kondisi lelah.

Agnes kontan batuk-batuk berat sembari mengeluarkan dahak. Dada terasa berat dan napas sesak. Batuk-batuk dan sesak napas tak kunjung hilang meski Agnes menyemprotkan obat pereda melalui sebuah tabung kecil. Orangtua tercinta pun segera membawa Agnes dokter. mengatasi penyakit asma
langganan keluarga untuk diinhalasi. Setelah obat pelega pernapasan disalurkan dari nebulator melalui selang menuju alat seperti masker oksigen, Agnes pun pulih kembali.

Hiperreaktif

Berobat ke dokter untuk mengatasi penyakit paru-paru sudah jadi rutinitas Agnes. “Setiap bulan pasti asma Agnes kambuh,” tutur mahasiswi tingkat satu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Malang Kucecwara itu. Dia memang sangat merasa kesulitan untuk mencegah penyakit paru-paru itu kambuh. Terutama ketika Agnes terlalu capai beraktivitas. Perubahan cuaca dari panas menjadi dingin pun memicu batuk-batuk dan sesak napas gadis berambut panjang itu. Penyakit “umum” seperti flu jadi ancaman serius buat Agnes. Begitu flu menyerang asma pun kambuh. Makanya bila ada teman atau kerabat yang sedang terserang flu Agnes langsung menghindar untuk mencegah penyakit asma itu kambuh.

Agnes dilarang keras berolah raga berat. Berlari lari sebentar saja sudah membuat napas Agnes tersengal-senggal mengeluarkan bunyi ngik… ngik… Untuk menjaga kesegaran tubuh, paling ia melakukan senam ringan. Tertawa terbahak-bahak pun mesti dihindari. Agnes harus berpantang makanan, seperti rambutan, cokelat, dan es krim. Memang sungguh terasa berat dan sulit untuk mencegah penyakit paru agar tidak gampang kambuh.

Pantas tubelator—botol kecil berisi obat asma yang bisa segera dihirup untuk mencegah penyakit asma kambuh dan sesak napas—menjadi teman akrab. Ke mana pun gadis ini pergi, botol semprotan itu selalu menyertai. Bila ada serangan asma mendadak, obat dalam tubelator jadi penyelamat pertama. Beberapa kali Agnes mesti masuk Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Saiful Anwar, Malang. Itu lantaran asma kambuh di tengah malam saat dokter praktek sulit ditemukan.

Menurut dr Nastiti N Rahajoe, dokter spesialis anak sekaligus konsultan paru-paru anak, asma merupakan penyakit saluran pernapasan karena saluran itu bersifat hiperreaktif. Bila ada rangsangan, saluran menjadi menyempit sehingga penderita sulit bernapas dan mengalami batuk-batuk. “Rangsangan bisa berasal dari udara, misal debu, asap rokok, bulu binatang, atau infeksi virus,” papar alumnus Universitas Indonesia itu.

Faktor pencetus lain ialah makanan seperti cokelat, tomat, makanan mengandung mono sodium glutamat, MSG—misal snack, dan kacang tanah. Pun makanan mengandung pewarna dan pengawet. Olahraga berat seperti lari sprint dan pergantian musim secara mendadak juga ikut berperan memicu asma. Prevalensi asma pada anak-anak di Indonesia meningkat setiap tahun. 

Nol Kecil

Penyakit yang bisa dialami semua golongan umur itu diderita Agnes sejak belia. Sejak masih duduk di bangku TK nol kecil, Agnes kecil kerap bolos karena asma. Sebuah kartu berobat ketika ia berumur 12 tahun penuh terisi kasus-kasus asma kambuh.

Toh dalam keluarga, perkara Agnes menderita asma bukan hal aneh. Kakak lelaki Agnes pun menderita penyakit serupa. Pun kakek dari pihak sang ibu. Menurut Nastiti, asma memang penyakit keturunan. Penyakit genetis itu biasanya berangsur hilang seiring bertambahnya umur si anak. Kakak lelaki Agnes bebas asma dengan sendirinya. 

Yacobus Sutrisno dan Andri Yulianti bukan tak mengupayakan kesembuhan Agnes. Sejak dini Agnes diajari untuk berenang. Olahraga air itu dipercaya bisa mencegah penyakit asma dan mengatasi penyakit paru-paru.

“Memang iya sih, sewaktu rajin berenang asma Agnes jarang kambuh,” ujar gadis yang saat ini lebih banyak menghabiskan waktu di kampus itu. Namun, begitu Agnes malas berenang, asma gampang menyerang.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Jalan kesembuhan terbuka saat Agnes mulai rutin mengkonsumsi virgin coconut oil sejak akhir September 2005. Setiap hari 3 sendok makan minyak dara diteguk: pagi, siang, dan sore. Semula konsumsi VCO itu dicekoki ayah dan ibu sekadar untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Maklum gadis yang hobi menyanyi itu sakit-sakitan. Namun, ia justru lebih termotivasi meneguk VCO lantaran ingin menurunkan bobot badan. Dengan tinggi 155 cm dan bobot 49 kg, Agnes merasa terlalu gemuk. Dari informasi yang dibaca di sebuah media massa, minyak kelapa murni bisa menurunkan bobot badan. 

Hanya dalam hitungan bulan, Agnes mulai merasakan Manfaat VCO. Tubuh jadi terasa lebih fit. Tak hanya itu, sesak napas dan batuk-batuk berat karena asma kambuh tak pernah lagi dialami. “Paling batuk-batuk sedikit,” tuturnya. Bila setiap bulan Agnes menghabiskan 2 tabung obat, sebotol pun belum habis sejak September silam. 

Saat Agnes mengikuti orientasi studi di kampusnya pada November, asma pun tidak datang menyerang. Padahal ia sibuk luar biasa. Setiap pagi Agnes keluar rumah sejak pukul 5 pagi dan baru kembali pukul 11 malam. Di kampus kegiatan fisik seperti baris berbaris dan latihan mental dari para senior dijalani dengan mulus. Sang ibunda sudah khawatir putri bungsunya jatuh sakit. Ternyata Agnes segar-bugar.  Nastiti belum pernah mendengar kasus pengobatan asma dengan VCO. “Asma bukan penyakit akibat bakteri atau virus, kalau memang VCO bersifat sebagai antivirus dan bakteri,” ujar dosen di Fakultas Kedokteran UI itu. Untuk penderita asma, dokter biasanya menyarankan penderita untuk menghindari pencetus asma. Itu dikombinasikan dengan pemberian obat dengan kandungan bronkodilator serta anti inflamasi . Yang disebut terakhir berperan mengurangi hipereaktivitas saluran pernapasan. Anti inflamasi dipakai sebagai pelega dan pengontrol asma. Menurut dr Zaenal Gani, dokter senior di Malang, VCO mengatasi asma secara tidak langsung. “Setiap 1 g VCO mengandung 7 kalori. Kalori itu kan tenaga. Di dalam tubuh VCO diubah dengan cepat menjadi energi. Ini membuat kondisi fisik seseorang menjadi lebih berenergi,” papar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya itu. Tubuh jadi lebih hangat sehingga lebih tahan menghadapi pencetus asma, seperti udara dingin. 

Menurut kelahiran 10 November 1946 itu, VCO pun mempercepat pemulihan dari kondisi sesak menjadi lega pada penderita asma. Dalam sebuah situs di dunia maya, seorang perempuan asal Melbourne, Australia, bersaksi berkat mengkonsumsi minyak dara, asma tak lagi jadi derita. Pantaslah bila kini Agnes masuk rumah sakit karena asma kambuh tinggal cerita. Olahraga berat memang belum boleh dilakukan. Paling hanya lari-lari kecil setiap pekan.  Namun yang pasti, “Sekarang Agnes tidak berpantang lagi. Mau makan rambutan sekresek pun ngga apa apa,” kata Agnes ceria sambil menutup percakapan.(Evy Syariefa/Peliput: Rosy Nur Apriyanti) -Trubus 2006.

0 komentar:

Posting Komentar